Sabtu, 14 November 2015
0 komentar

Kisah Dusta Tentang Tsa'labah

05.17
Bismillah. 
Banyak diantara para penceramah yang miskin ilmu, ikut menyebarkan cerita dusta tentang Tsa’labah bin Haathib, yaitu seorang SAHABAT Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam yang ikut dalam perang Badar, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqaat (III/36), Ibnu ‘Abdil Barr dalam kitab al-Istii’ab (hal. 122), Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany di dalam kitab al-Ishaabah fii Tamyiizish Shahaabah (I/198).

Contoh cerita dusta itu sebagai berikut :
" .... Celaka engkau wahai Tsa’labah ...! Sedikit yg engkau syukuri maka itu lebih baik dari harta banyak yang engkau tidak sanggup mensyukurinya .... Apakah engkau tidak suka menjadi seperti Nabi Allah ...? Demi yang diriku di tangan-Nya, seandainya aku mau gunung-gunung mengalirkan perak dan emas..., niscaya akan mengalir untukku ....!!!

Dongeng diatas sering dibawakan oleh para penceramah yang kurang banyak membaca kisah-kisah shahih tentang para sahabat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam.

Para penceramah yang kurang banyak membaca ini membuat se-olah² shahabat Tsa'labah adalah icon dari kebakhilan. Dongeng dusta ini sering dibawakan dalam majlis-majlis ilmu maupun mimbar² jum'at. Bahkan para jama'ahnya pun sudah hapal betul dengan dongeng tersebut.

Dongeng sebelum tidur diatas bermula dari seorang shahabat Tsa’labah bin Hathib yg datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bertawassul kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam agar mendoakan dirinya supaya dirinya dikarunia harta yg banyak. Akhirnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun memenuhi keinginan Tsa'labah.

Singkat cerita Tsa'labah pun dikaruniai seekor kambing, lalu kambing itu berkembang biak dengan cepatnya. Melihat keberhasilan Tsa'labah, Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam pun mengutus dua orang untuk mengambil zakatnya seraya bersabda: “Pergilah kalian ke tempat Tsa’labah dan tempat fulan dari Bani Sulaiman, ambillah zakat mereka berdua.”

Ketika ditagih petugas Tsa'labah pun berkata Apakah yg kalian minta dari saya ini, pajak atau sebangsa pajak? Aku tidak tahu apa sebenarnya yg kalian minta ini.

Merasa Tsa'labah enggan menyisihkan hartanya, petugas tadi pun pulang, melihat petugas tadi pulang dengan tangan hampa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda: Celaka engkau, wahai Tsa’labah, lalu turunlah ayat At-Taubah: 75-76. Setelah ayat ini turun, Tsa’labah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mohon agar diterima zakatnya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menjawab: Allah telah melarangku menerima zakatmu. Hingga Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, beliau tidak mau menerima sedikit pun dari zakatnya (selesai kutipan).

DONGENG DUSTA diatas diriwayatkan oleh :
Ibnu Jarir dalam Jami’ul Bayaan (VI/425 no. 17002), 
Ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir (VIII/218-219, no. 7873), 
Ad-Dailamy, Ibnu Hazm dalam al-Muhalla (XI/208)
Dan al-Wahidi dalam Asbaabun Nuzul (hal. 257-259)


Semuanya meriwayatkannya dari jalan Mu’aan bin Rifa’ah as Salamy, dari Ali bin Yazid dari al-Qasim bin Abdur Rahman, dari Abu Umamah al-Baahiliy.

Imam Bukhari dalam kitabnya berkata : Ali bin Yazid, Abu ‘Abdil Malik al-Hany ad-Dimasyqy adalah seorang perawi yg Munkarul Hadits. Imam adz-Dzahabi mengatakan : Ia tidak kuat haditsnya. (Mizaanul I’tidal, IV/134).
Dan para ulama yg mendha'ifkan dongeng diatas adalah :
Imam Ibnu Hazm rahimahullah, ia berkata: Riwayat ini bathil. (l- Muhalla (XI/207-208). Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany berkata:Riwayat tersebut dha’if dan tidak boleh dijadikan hujjah. (Lihat Fat-hul Baari, III/266).
Al-Munawi berkata : Riwayat ini dha’if. (Lihat Fai-dhul Qadir (IV/527). 
Al-hafizh al-’Iraqy berkata: Riwayat ini dha’if.” (Lihat Takrij Ahaadits Ihya’ Ulumuddin III/287)

ADAPUN RIWAYAT YANG BENAR ADALAH,
Shahabat Tsa’labah bin Haathib adalah seorang Shahabat yg ikut dalam perang Badar sebagaimana disebutkan oleh:
Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqaat (III/36), 
Ibnu ‘Abdil Barr dalam kitab al-Istii’ab (hal. 122), 
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany di dalam kitab al-Ishaabah fii Tamyiizish Shahaabah (I/198).

Padahal sudah kita ketahui bersama orang yg ikut dalam perang badar dijamin masuk Surga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tidak akan masuk Neraka seseorang yg ikut serta dalam perang Badar dan perjanjian Hudaibiyah. (HR. Ahmad, III/396).

Sesudah kita mengetahui kelemahan riwayat tersebut, maka tidak halal bagi kita untuk menceritakan dongeng tersebut sebagai contoh kebakhilan, sebab bila kita ceritakan dongeng tersebut berarti 

Kita berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita menuduh seorang Shahabat ahli Surga berada di Neraka dikarenakan kebakhilannya.


Ingat, kita tidak boleh se-kali² mencela, memaki atau menuduh dengan tuduhan yg jelek kepada para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang dilakukan oleh agama syi'ah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa mencela shahabatku, maka ia mendapat laknat dari Allah, dari Malaikat, dan dari seluruh manusia. (HR. Ath-Thabrani di dalam kitab al-Mu’jamul Kabir, XII/110, no. 12709).

Dari Abu Sa’id Al Khudriy radhiallahu ’anhu, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian mencela para shahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti gunung uhud, (maka) tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya. (HR. Bukhari Muslim).


[Dinukil dari tulisan al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, dengan sedikit penambahan].

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer
Top