Siapa yang tak kenal dengan bangunan megah Jakarta Islamic
Center (JIC) yang terletak di Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara. Ya,
bangunan megah yang juga dijadikan sebagai pusat pendidikan agama Islam itu
telah menjelma menjadi kebanggaan warga sekitar dan warga Jakarta pada
umumnya. Bangunan megah itu dipastikan akan mengundang decak kagum bagi saja
yang melihat atau mengunjunginya.
Selain sebagai pusat pendidikan agama Islam, JIC juga
menawarkan potensi wisata religi yang berada di wilayah Jakarta Utara. Bahkan,
keberadaan JIC juga termasuk dalam program 12 destinasi wisata pesisir yang
menjadi andalan Pemkot Administrasi Jakarta Utara dibidang pariwisata. Namun,
mungkin belum banyak yang tahu, jika sebelumnya lokasi wisata yang kini menjadi
pusat pendidikan dan peribadatan umat Islam itu, dulunya dikenal sebagai
wilayah hitam yang menyajikan salah satu kawasan bisnis esek-esek di ibu kota.
Sejak saat itu, lanjutnya, lokasi bangunan Jakarta Islamic Center atau yang
akrab disebut JIC berdiri di tengah pemukiman penduduk yang padat. Imej sebagai
kawasan hitam di Jakarta Utara pun mulai berangsur-angsur hilang. Selain itu,
yang tak kalah penting juga, daerah kumuh pun berganti menjadi tempat yang
indah dan nyaman.
Saat ini, JIC dijadikan salah satu simpul pusat peradaban Islam termegah di Jakarta dan Indonesia secara umum, dengan beberapa fasilitas penunjang antara lain, tempat ibadah yang megah, gedung pertemuan, perpustakaan yang menyediakan buku- buku dan referensi mengenai perkembangan Islam dan fasilitas penunjang lainnya.
Gapura JIC |
Saat ini, JIC dijadikan salah satu simpul pusat peradaban Islam termegah di Jakarta dan Indonesia secara umum, dengan beberapa fasilitas penunjang antara lain, tempat ibadah yang megah, gedung pertemuan, perpustakaan yang menyediakan buku- buku dan referensi mengenai perkembangan Islam dan fasilitas penunjang lainnya.
JIC (Bagian depan) |
"Dulu, sekitar akhir tahun 1970 hingga akhir tahun 1990-an kawasan ini
dikenal masyarakat luas sebagai daerah Kramat Tunggak, dan menjadi kawasan
protitusi, tapi upaya pemerintah membersihkan kawasan ini mulai terealisasi
pada awal tahun 2000. Saat itu, Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso berhasil
mengubah imej buruk daerah Koja," ujar Sartono.
Ahmad Sartono (56), tokoh masyarakat Jalan Keramat Jaya, Koja mengaku, awalnya
ia tak pernah membayangkan jika kawasan lokalisasi itu, kini telah berubah
menjadi pusat pendidikan dan sarana peribatan umat muslim termegah di Jakarta.
Padahal, masih terngiang dalam ingatannya, 15 tahun yang lalu, kawasan ini
cukup marak dengan aktifitas para wanita pekerja seks komersil (PSK).
Ya, kawasan JIC dahulunya lebih dikenal sebagai tempat wisata malam, Kramat
Tunggak. Kawasan prostitusi ini, di era tahun 1970-an dan 1980-an sangat
populer keberadaannya. Sejarah mencatat, tak hanya bisnis esek-esek saja yang
menggeliat di kawasan ini, bisnis perjudian pun cukup marak meramaikan kawasan
ini. Pada masa kepemimpinan Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta, kawasan
ini sempat dilegalkan dan bertujuan untuk mengatasi penyeberan bisnis
prostitusi dan judi di Jakarta.
Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta, Syamsul Ma’arif
mengatakan, pembangunan Jakarta Islamic Center dibekas kawasan lokalisasi
Keramat Tunggak, merupakan gebrakan luar biasa yang dilakukan Pemprov DKI
Jakarta saat dipimpin Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Sutiyoso. "Ini suatu
langkah yang berani yang ditunjukan pemerintah untuk menciptakan sebuah
terobosan baru dalam membangun pusat keagamaan, yakni agama Islam di Jakarta.
Terlebih penduduk Jakarta mayoritas beragama Islam," kata Syamsul.
Dirinya berharap, Pemprov DKI Jakarta, ke depan terus melakukan terobosan-terobosan yang bersifat untuk memajukan warga, khususnya umat Islam di DKI Jakarta. “Tapi harus didasari rasa kemanusiaan dalam mencari solusi mengatasi persoalan,” tandasnya.
Dirinya berharap, Pemprov DKI Jakarta, ke depan terus melakukan terobosan-terobosan yang bersifat untuk memajukan warga, khususnya umat Islam di DKI Jakarta. “Tapi harus didasari rasa kemanusiaan dalam mencari solusi mengatasi persoalan,” tandasnya.
Ditambahkan Syamsul, keberadaan Jakarta Islamic Center saat ini, tak hanya
menjadi pusat peribadatan umat Islam saja tetapi lebih dari itu, banyak
kegiatan-kegiatan berupa pembinaan ataupun pengembangan umat Islam baik dalam
konteks keilmuan maupun peradaban Islam. "Bisa dibilang Jakarta Islamic
Center saat ini sebagai pusat pendidikan Islam terbesar di Jakarta,"
terang Syamsul.
( Sumber : www.beritajakarta.com)
0 komentar:
Posting Komentar